Om, tante….. ada apa ini??

Om, tante….. ada apa ini??

Aku ingat aku berada dalam sebuah bus duduk tepat di jok paling belakang. Sebelah kananku entah siapa tapi yang jelas itu seorang anak kecil bahkan lebih kecil hehe maksudnya masih bayi sekitaran 1 tahunan. Samping kiri aku tak ingat jelas siapa tapi seingatku ada dua orang. Dalam perjalanan pulang kami melihat orang yang tak disangka-sangka tante nani dan kedua adeku. Lho kok mereka ada disana???bingung rasanya . . . .
seingatku tadi mereka ada dibus. Ternyata mereka berlari pulang tanpa kami dan tanpa kendaraan. terlihat jelas dari raut wajahnya, mereka sangat ketakutan sampai-sampai saat berlari tubuh mereka bergetar dan sempoyongan. Kami segera menghentikan busnya dan omku langsung turun. Aku pikir om mau menjemput mereka dan mengajak untuk naik bus, tapi dengan isyarat yang terlihat dari raut wajah dan ayunan tangan yang menyuruh kami untuk jalan duluan. Akh~ aku ta mengerti semua orang yang ada dalam buspun ta mengerti tapi mereka coba tuk mengerti dan menjalankan busnya seperti yang isyaratkan om tono.

Dalam perjalanan yang masih menyisakan tanda Tanya, aku terus melihat kebelakang kaca dan melihat kedua adikku, om dan tanteku sedang berjalan perlahan menyusuri jalan yang semakin menjauh dari pandanganku. Saat pilkiranku jauh melayang mencari jawab dari semua Tanya dan pandanganku terpaku pada satu titik yaitu keluargaku, tiba-tiba saja….. duk mukaku langsung menempel ke kaca. Auwh!!! Teriakku “ada apa ini” Tanya dalam hati saat sadarku kembali dan kulihat jalan waw gila tanjakannya curam banget. Sumpeh bener-bener bikin jantung berdetak kencang. Gimana ngga coba? Bus yang gede beratnyapun berkilo-kilo dan tentunya dipenuhi orang. Gimana kalau busnya ga kuat menahan berat puluhan orang ini dan jatuh kebawah.

Dan yang membuat detak jantungku tambah kencang saat kulihat kesamping. Ya…ampun anak kecil ini sudah mau jatuh dari tempat duduknya. Karena takut terjadi apa-apa akhirnya aku angkat anak itu ke pangkuannkku dan aku dekap erat. Sambil terus berjalan di tanjakan tajam yang berbatu aku terus menahan takut, dan amarah. Sampai akhirnya aku kelurkan semua yang ada di hati, aku berteriak mengeluh pada supir bus kenapa begini dan kenapa begitu dan bla bla bla. Sampai ada yang menyahut, tapi sahutan yang tak bersahabat karena dia membalas semua keluhannku dengan semmua keluhannku. Terhentak aku saat dia bilang “mengelulah kau pada om kamu bukan padaku, aku cape mengurisi semuanya” aku ingat yang seharusnya bertanggung jawab itu adalah omku tapi dimana dia? Belum lama aku berpikir aku langsung ingat dimana dia, oh iya tadi omku kan turun saat melihat istrinya. Karena banyak pertanyaan dan termakan emosi juga akku langsug turun dari bus dan mencari om tono.